Jumat, 22 Januari 2010

APBI Tolak Wacana Penghentian Ekspor Batubara

Kamis, 21 Januari 2010, 17:41 WIB

Red: krisman
Reporter: cep

JAKARTA--Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) menolak keras tentang wacana penghentian ekspor batu bara yang terlontar dari sejumlah anggota Dewan Energi Nasional (DEN). Ketua APBI, Bob Kamandanu menyatakan jika kebijakan tersebut sapai diterapkan, maka dampaknya cukup massive.
''Kalau sampai dihentikan, dampaknya cukup massive, salah penggangguran, krisis global dan risiko kehilangan sumber devisa, dan investor pun akan lari,'' kata Bob kepada Republika, Kamis (21/1). Bob menuturkan, saat ini produksi batu bara Indonesia, rata-rata mencapai 250 juta ton per tahun. Sedangkan kebutuhan pasokan dalam negeri baru berkisar 60 sampai dengan 70 juta ton per tahun. ''Kalau dihentikan, yang 180 juta ton ini mau dikemanakan lagi?'' tanya Bob.
Menurutnya, jika kebutuhan dalam negeri mencapai 250 juta ton, maka dengan senang hati APBI memprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri. ''Tapi dengan catatan tidak terjadi transaksi harga yang lebih murah, kita suplai sebanyak- banyaknya,'' kata Bob.
Bob berkalkulasi, jika ada alasan batu bara digunakan untuk energi pembangkit listrik (power plant), maka dari kapasitas pembangkit 1000 MW saat ini hanya butuh sekitar tiga juta ton. Untuk bisa menyerap 210 juta ton batu bara kata dia perlu setidaknya ada 75 ribu power plant. ''Saat ini yang 10 ribu MW saja masih terendat sendat.'' kata dia.
Menurut Bob, jika memang ada wacana penghentian ekpsor batu bara, maka Indonesia harus sudah punya primadona produk unggulan yang bisa mendatangkan devisa sebagai pengganti pemasukan batu bara. ''Jika tidak, kita harus berkalkulasi dari mana mencari sedikitnya 27 triliun devisa sebagai pengganti yang selama ini disumbangkan dari royalti batu bara,'' papar Bob.
Pada kesempatan terpisah, anggota DEN, Mukhtasor secara halus menyatakan yang utama saat ini adalah menjaga ketahanan energi secara nasional. Menurut Mukhtasor potensi energi yang dimiliki Indonesia saat ini seperti batu bara, migas dan lainnya jika dibandingkan dengan jumlah penduduk per kapita terlalu sedikit.
Sehingga, lanjut dia, jika dihabiskan bisa menjadi ancaman bagi ketahanan energi nasional dan belum tentu aman untuk jangka panjang. ''Perhatian kita bagaimana batu bara ini secara bertahap direorientasi, pasokan dalam negeri cukup, dan jangka panjang pun aman,''kata dia. Mukhatsor menambahkan, saat ini ada persoalan, di mana cadangan energi nasional jika dibanding cadangan energi fosil dunia, berada di bawah rata-rata.
Untuk itu kata dia DEN berupaya untuk menjaga ketahanan jangka panjang tetap aman. ''Jangan sampai kita kesulitan energi karena belum ada penggantinya,'' kata dia. Karena, untuk menemukan energi terbaru biayanya mahal dan tidak sebanding dengan pengurasan energi cadangan. Reorientasi ini lanjut Mukhtasor memang bertahap. ''Kebijakan baru pada 40 tahun lagi lebih diprioritaskan kebutuhan keamanan pasokan dalam negeri, dengan catatan cadangan produksi 40-50 tahun ke depan masih aman,'' kata dia.
Mukhtasor mengakui, pada suatu saat nanti ada proses pengurangan sampai dengan penghentian ekpsor batu bara. Tetapi, kata dia, harus ada sisi lain sebagai pengganti. ''Dimungkinakan secara bertahap, sedikit demi sekidit dan cadangan kita harus melimpah,'' kata dia.
Mukhatsor memaparkan data terbaru catatan per Desember 2009 tentang kondisi batu bara 2008: cadangan total 20,9 miliar ton, atau sekitar 99 ton batu bara per kapita. ''Namun cadangan terbukti hanya 5,5 miliar ton atau sekitar 26 ton batu bara per kapita.''
Sementara itu Ketua Harian DEN, Darwin Zahedy Saleh membantah tentang adanya wacana usulan DEN tentang penghentian ekspor batubara. ''Tidak ada rencana untuk penghentian ekspor batubara,'' kata Darwin Kamis (21/1). Potenis ekpor batu bara saat ini kata dia masih besar dan yang terpenting adalah pasokan dalam negeri tetap terjamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar